Seorang suami memiliki kedudukan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan istrinya. Hal tersebut bukanlah kehendak pribadi kaum lelaki atau berdasarkan kearifan lokal satu daerah, akan tetapi Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya telah menetapkannya bahwa seorang suami menjadi kepala rumah tangga dalam laju bahtera kehidupan berkeluarganya. Suamimenjadi penanggung-jawab pertama dan utama terkait urusan dan kebutuhan rumah tangganya.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. [An-Nisâ/4:34]
Keunggulan lelaki dikatakan oleh Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi disebabkan oleh akalnya yang lebih matang, pengetahuan yang lebih banyak, dan pandangan yang jauh ke depan dalam mencermati permasalahan dari pangkal sampai ujungnya daripada yang dimiliki oleh seorang wanita. Ditambah dengan mahar yang diserahkan suami kepada istrinya dan nafkah yang ia tanggung. [1]
Tentang ayat di atas, Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah mengatakan, “Di antara hak seorang suami atas istrinya, sang istri menaatinya dalam perkara-perkara yang bukan maksiat kepada Allâh Azza wa Jalla . Sebab, suami memegang tanggung-jawab kepemimpinan (di dalam rumah tangga) dan istri berkewajiban untuk menyambut dan menaati”.
Dalam hadits, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ النِّسَاءَ أَنْ يَسْجُدْنَ لِأَزْوَاجِهِنَّ, لِمَا جَعَلَ اللهُ لَهُمْ عَلَيْهِنَّ مِنَ الْحَقِّ
Sekiranya aku perintah seseorang untuk bersujud kepada orang lain, maka benar-benar aku perintah para wanita untuk bersujud kepada suami-suami mereka, karena hak (besar) yang Allâh tetapkan bagi mereka atas istri-istri mereka.[2]
Dalam hadits, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah mempertegas tentang besarnya hak suami atas diri istrinya dengan bersabda:
لَا تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا وَلَوْ سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ
Seorang wanita (istri) belumlah menjalankan hak Rabbnya sampai ia mengerjakan hak suaminya, walaupun suami meminta dirinya saat berada di atas pelana, ia tidak menolaknya. [3]
Kedudukan suami yang berada di atas istri berpengaruh pada besarnya hak-hak suami atas istrinya untuk dihormati dan ditaati. Dan wanita yang terbaik adalah wanita yang menaati suaminya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang istri yang terbaik, lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
(Yaitu wanita) yang bila menyenangkan suami bila ia melihatnya, menaatinya bila diperintah, dan tidak menyelisihi perintahnya terkait dirinya dan hartanya dengan sikap yang dibenci suami.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. [An-Nisâ/4:34]
Keunggulan lelaki dikatakan oleh Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi disebabkan oleh akalnya yang lebih matang, pengetahuan yang lebih banyak, dan pandangan yang jauh ke depan dalam mencermati permasalahan dari pangkal sampai ujungnya daripada yang dimiliki oleh seorang wanita. Ditambah dengan mahar yang diserahkan suami kepada istrinya dan nafkah yang ia tanggung. [1]
Tentang ayat di atas, Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah mengatakan, “Di antara hak seorang suami atas istrinya, sang istri menaatinya dalam perkara-perkara yang bukan maksiat kepada Allâh Azza wa Jalla . Sebab, suami memegang tanggung-jawab kepemimpinan (di dalam rumah tangga) dan istri berkewajiban untuk menyambut dan menaati”.
Dalam hadits, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ النِّسَاءَ أَنْ يَسْجُدْنَ لِأَزْوَاجِهِنَّ, لِمَا جَعَلَ اللهُ لَهُمْ عَلَيْهِنَّ مِنَ الْحَقِّ
Sekiranya aku perintah seseorang untuk bersujud kepada orang lain, maka benar-benar aku perintah para wanita untuk bersujud kepada suami-suami mereka, karena hak (besar) yang Allâh tetapkan bagi mereka atas istri-istri mereka.[2]
Dalam hadits, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah mempertegas tentang besarnya hak suami atas diri istrinya dengan bersabda:
لَا تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا وَلَوْ سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ
Seorang wanita (istri) belumlah menjalankan hak Rabbnya sampai ia mengerjakan hak suaminya, walaupun suami meminta dirinya saat berada di atas pelana, ia tidak menolaknya. [3]
Kedudukan suami yang berada di atas istri berpengaruh pada besarnya hak-hak suami atas istrinya untuk dihormati dan ditaati. Dan wanita yang terbaik adalah wanita yang menaati suaminya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang istri yang terbaik, lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
(Yaitu wanita) yang bila menyenangkan suami bila ia melihatnya, menaatinya bila diperintah, dan tidak menyelisihi perintahnya terkait dirinya dan hartanya dengan sikap yang dibenci suami.
Berikut ini 4 Sifat Suami yang Soleh dan Taat KepadaAllah SWT.
2 Syarat Memilih Calon Suami
agar pernikahan bahagia:
1. Lelaki tersebut harus sholih,
baik agamanya dan akhlaknya
2. Hatimu menyukai lelaki tersebut secara pribadi untuk menjadi suamimu
(merasa cocok dan suka padanya)
==========================
Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, maka pernikahan bisa saja mendatangkan kesusahan dan tidak bahagia.
Menikah dengan lelaki sholeh, namun hatimu sejak awal tidak menyukai punya suami dia, tidak menghendaki suami sepertinya (baik karena faktor fisik, harta, keturunan, usia, karakter, sifat, kecocokan, pekerjaan, dll) maka belum tentu bahagia. Bahkan bukankah ada sahabat Rasulullah pernikahannya berakhir dengan perceraian karena sejak awal sang wanita tidak menyukai/mencintai calon suaminya (meski lelaki tersebut sholih).
Menikah semata-mata karena cinta, padahal suaminya tidak sholeh, buruk agamanya dan buruk akhlaknya, maka juga sering mendatangkan masalah dan penderitaan bagi sang wanita. Hal ini sering kita saksikan sendiri di masyarakat, dimana suami bisa sewenang-wenang, atau KDRT, atau tidak bertanggungjawab, selingkuh, menjauhkan istri dari agama, menyesatkan istri, tidak bisa membimbing istri maupun anak2nya, tidak bisa menjadi imam/pemimpin yg baik bagi keluarga, dll.
Banyak artis maupun masyarakat yg akhirnya pernikahannya tidak bahagia dan bahkan bercerai padahal dahulu menikah dgn cinta dan bahkan pacaran bertahun-tahun.
=========
Menikah dengan lelaki yang disukai bukan berarti membolehkan pacaran untuk mencari cinta sejati, namun memilih dengan cara2 yg syar'i:
-mengetahui fisik lelaki tersebut (melihatnya secara langsung, ditambah info dari orang lain)
-mengetahui seluk beluknya, riwayat hidupnya, sifat2nya, visi misinya, berbagai informasi tentang dirinya, dll, yg digali dari orang lain ditambah dari orangnya langsung.
-bertemu secara langsung untuk ta'aruf dan nadhor/melihat (dgn adab2 sesuai syariat, disertai mahrom dari wanita) , bisa bertanya berbagai hal secara langsung
-sholat istikharah, dan minta nasehat kpd orang2 terpercaya
Jika setelah itu hatinya merasa cocok dan suka menikah dgnnya maka lanjutkan menikah.
Jika merasa tidak cocok, hatinya tidak menyukai menikah punya suami sepertinya (baik karena faktor fisik, usia, kemapanan, sifat2, latar belakang, dll), maka tidak wajib menikah dengannya walaupun lelaki tersebut sholeh.
========================
Pilihlah Pendamping Hidup yang Mengantarkanmu ke Surga
Muslimah...
Pilihlah pendamping hidup yang bukan hanya membuatmu bahagia di dunia, tetapi juga bisa membimbingmu dan mengantarkanmu ke surga,
bisa menjadi imam dan teladan yang baik dalam keluarga
Ikutilah petunjuk Rasulullah untuk memilih pendamping hidup yang sholih, bertanggungjawab dan dapat dipercaya, mampu mencukupi kebutuhan nafkah istri, baik agamanya dan baik akhlaknya.
=====================
======================
JENIS-JENIS LELAKI YANG JANGAN DINIKAHI:
1. Aqidahnya jelek, kualitas agamanya buruk
2. Suka meninggalkan sholat fardhu
3. Akhlaknya jelek
4. Tidak mandiri
5. Sifatnya tidak dewasa
6. Pemarah, kasar, suka memukul/kekerasan
7. Tidak bertanggungjawab
8. Tidak bisa dipercaya, suka menipu/berdusta
9. Pelit
10. Pemalas
11. Tidak menafkahi istri, malah menggerogoti harta istri
12. Pekerjaannya tidak syar'i, penghasilannya haram
13. Ilmu agamanya sangat minim, dan malas belajar agama
14. Malas beribadah, meninggalkan kewajiban2 agama
15. Tidak bisa membimbing istri menjadi lebih baik
16. Tidak bisa menjadi imam bagi keluarga
17. Mengajak istri dalam hal-hal yang buruk, menjauhkan dari agama
18. Suka melakukan maksiat
19. Durhaka kepada orang tua
20. dll
Dan cara agar mendapat suami yang baik adalah dgn cara memperbaiki diri, meningkatkan kualitas diri semaksimal mungkin dan berdoa serta ikhtiar.
Jangan menjalin hubungan cinta/asmara sebelum menikah, sebab jika terlanjur cinta buta pada seorang lelaki maka tetap ingin menikah dgnnya dan tidak peduli dgn berbagai sifat buruknya, akhirnya kena batunya setelah menikah yaitu menderita dan tidak bahagia. Dan hal ini banyak terjadi di masyarakat. Wanita2 yg mengeluh dgn perilaku buruk suaminya karena dulu tidak cermat dalam memilih suami, sebab dulu terlanjur cinta. Sudah tahu calon suaminya punya sifat2 buruk, jauh dari agama, dll, tapi tetap nekat menikah dengannya. Atau dulu kurang teliti dalam menyelidiki latar belakang calon suaminya sehingga mengira dia lelaki soleh dan baik, padahal tidak.
Cara agar tidak salah pilih suami yaitu harus cermat dalam memilih calon suami. Ibaratnya seperti detektif, atau intelijen, atau wartawan yang berusaha mengetahui hakekat/ seluk beluk calon suaminya, menggali info dari berbagai sumber sehingga didapatkan gambaran yg komprehensif mengenai kelebihan dan kekurangan calon suaminya, sebelum memutuskan akan menerima atau menolak lamarannya. Bukan hanya sekedar bertanya pada lelaki yg melamar sebab jawabannya belum tentu benar, bisa menyembunyikan kejelekannya, dan melakukan pencitraan, berpura2 seolah2 lelaki sholeh padahal tidak.
Dan yang terjun menggali info tentu bukan hanya sang wanita, tetapi keluarga wanita harus proaktif menyelidiki latar belakang lelaki yang melamar, khususnya ayahnya dan saudara lelakinya. Serta melibatkan berbagai pihak dalam menggali info seperti ustadz, tokoh masyarakat, tetangga sang lelaki , dll.
Dengan melakukan penyelidikan maka akan diketahui:
agar pernikahan bahagia:
1. Lelaki tersebut harus sholih,
baik agamanya dan akhlaknya
2. Hatimu menyukai lelaki tersebut secara pribadi untuk menjadi suamimu
(merasa cocok dan suka padanya)
==========================
Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, maka pernikahan bisa saja mendatangkan kesusahan dan tidak bahagia.
Menikah dengan lelaki sholeh, namun hatimu sejak awal tidak menyukai punya suami dia, tidak menghendaki suami sepertinya (baik karena faktor fisik, harta, keturunan, usia, karakter, sifat, kecocokan, pekerjaan, dll) maka belum tentu bahagia. Bahkan bukankah ada sahabat Rasulullah pernikahannya berakhir dengan perceraian karena sejak awal sang wanita tidak menyukai/mencintai calon suaminya (meski lelaki tersebut sholih).
Menikah semata-mata karena cinta, padahal suaminya tidak sholeh, buruk agamanya dan buruk akhlaknya, maka juga sering mendatangkan masalah dan penderitaan bagi sang wanita. Hal ini sering kita saksikan sendiri di masyarakat, dimana suami bisa sewenang-wenang, atau KDRT, atau tidak bertanggungjawab, selingkuh, menjauhkan istri dari agama, menyesatkan istri, tidak bisa membimbing istri maupun anak2nya, tidak bisa menjadi imam/pemimpin yg baik bagi keluarga, dll.
Banyak artis maupun masyarakat yg akhirnya pernikahannya tidak bahagia dan bahkan bercerai padahal dahulu menikah dgn cinta dan bahkan pacaran bertahun-tahun.
=========
Menikah dengan lelaki yang disukai bukan berarti membolehkan pacaran untuk mencari cinta sejati, namun memilih dengan cara2 yg syar'i:
-mengetahui fisik lelaki tersebut (melihatnya secara langsung, ditambah info dari orang lain)
-mengetahui seluk beluknya, riwayat hidupnya, sifat2nya, visi misinya, berbagai informasi tentang dirinya, dll, yg digali dari orang lain ditambah dari orangnya langsung.
-bertemu secara langsung untuk ta'aruf dan nadhor/melihat (dgn adab2 sesuai syariat, disertai mahrom dari wanita) , bisa bertanya berbagai hal secara langsung
-sholat istikharah, dan minta nasehat kpd orang2 terpercaya
Jika setelah itu hatinya merasa cocok dan suka menikah dgnnya maka lanjutkan menikah.
Jika merasa tidak cocok, hatinya tidak menyukai menikah punya suami sepertinya (baik karena faktor fisik, usia, kemapanan, sifat2, latar belakang, dll), maka tidak wajib menikah dengannya walaupun lelaki tersebut sholeh.
========================
Pilihlah Pendamping Hidup yang Mengantarkanmu ke Surga
Muslimah...
Pilihlah pendamping hidup yang bukan hanya membuatmu bahagia di dunia, tetapi juga bisa membimbingmu dan mengantarkanmu ke surga,
bisa menjadi imam dan teladan yang baik dalam keluarga
Ikutilah petunjuk Rasulullah untuk memilih pendamping hidup yang sholih, bertanggungjawab dan dapat dipercaya, mampu mencukupi kebutuhan nafkah istri, baik agamanya dan baik akhlaknya.
=====================
======================
JENIS-JENIS LELAKI YANG JANGAN DINIKAHI:
1. Aqidahnya jelek, kualitas agamanya buruk
2. Suka meninggalkan sholat fardhu
3. Akhlaknya jelek
4. Tidak mandiri
5. Sifatnya tidak dewasa
6. Pemarah, kasar, suka memukul/kekerasan
7. Tidak bertanggungjawab
8. Tidak bisa dipercaya, suka menipu/berdusta
9. Pelit
10. Pemalas
11. Tidak menafkahi istri, malah menggerogoti harta istri
12. Pekerjaannya tidak syar'i, penghasilannya haram
13. Ilmu agamanya sangat minim, dan malas belajar agama
14. Malas beribadah, meninggalkan kewajiban2 agama
15. Tidak bisa membimbing istri menjadi lebih baik
16. Tidak bisa menjadi imam bagi keluarga
17. Mengajak istri dalam hal-hal yang buruk, menjauhkan dari agama
18. Suka melakukan maksiat
19. Durhaka kepada orang tua
20. dll
Dan cara agar mendapat suami yang baik adalah dgn cara memperbaiki diri, meningkatkan kualitas diri semaksimal mungkin dan berdoa serta ikhtiar.
Jangan menjalin hubungan cinta/asmara sebelum menikah, sebab jika terlanjur cinta buta pada seorang lelaki maka tetap ingin menikah dgnnya dan tidak peduli dgn berbagai sifat buruknya, akhirnya kena batunya setelah menikah yaitu menderita dan tidak bahagia. Dan hal ini banyak terjadi di masyarakat. Wanita2 yg mengeluh dgn perilaku buruk suaminya karena dulu tidak cermat dalam memilih suami, sebab dulu terlanjur cinta. Sudah tahu calon suaminya punya sifat2 buruk, jauh dari agama, dll, tapi tetap nekat menikah dengannya. Atau dulu kurang teliti dalam menyelidiki latar belakang calon suaminya sehingga mengira dia lelaki soleh dan baik, padahal tidak.
Cara agar tidak salah pilih suami yaitu harus cermat dalam memilih calon suami. Ibaratnya seperti detektif, atau intelijen, atau wartawan yang berusaha mengetahui hakekat/ seluk beluk calon suaminya, menggali info dari berbagai sumber sehingga didapatkan gambaran yg komprehensif mengenai kelebihan dan kekurangan calon suaminya, sebelum memutuskan akan menerima atau menolak lamarannya. Bukan hanya sekedar bertanya pada lelaki yg melamar sebab jawabannya belum tentu benar, bisa menyembunyikan kejelekannya, dan melakukan pencitraan, berpura2 seolah2 lelaki sholeh padahal tidak.
Dan yang terjun menggali info tentu bukan hanya sang wanita, tetapi keluarga wanita harus proaktif menyelidiki latar belakang lelaki yang melamar, khususnya ayahnya dan saudara lelakinya. Serta melibatkan berbagai pihak dalam menggali info seperti ustadz, tokoh masyarakat, tetangga sang lelaki , dll.
Dengan melakukan penyelidikan maka akan diketahui:
- -masa lalu sang lelaki, apakah baik atau buruk
- -masa kini, apa ada catatan negatif
- -rekam jejak keluarganya
- -sifat2 jelek/baik, akhlaknya, kualitas agamanya, kualitas ibadahnya, perilakunya
- -prestasinya
- -kejelekannya
- -rekam jejaknya, jika ada hal jelek maka biasanya masyarakat tahu, dgn catatan setiap info harus di cek dan ricek,
- -pandangan masyarakat/tetangga/teman2nya/tokoh2/ustadz2 mengenai dirinyacatatan2 mengenai dirinya, perbuatan jeleknya yg diketahui masyarakat atau orang lain
Rekomendasi seorang ustadz belum cukup sebab bisa saja sang ustadz tidak mengetahui kejelekan2 lelaki tersebut, akan tetapi masyarakat atau orang lain mengetahui.
Dan hal diatas juga berlaku sebaliknya, yaitu lelaki juga bisa memilih istri dgn menerapkan cara-cara diatas.
Kiat-kiat Memilih Suami Sholeh:
1. Faham, Dan mengamalkan Al-qur’an Dan Assunnah
2. Minimal Shalat 5 waktu (wajib) Dan Puasanya
3. Tidak mau Berduaan Dan tidak mau Menyentuhmu Sampai Allah Halalkan
4. Pekerja Aktif pada Rizki Yang Halal
5. Figur Penyayang Kepada Orang Tua, Kakak, Adik Dan Sanak Family nya.
6. Pribadi yang Menyenangkan dan disenangi para Sahabatnya.
7. Sangat hormat Pendapat & keluargamu.
Wanita pun berhak memilih.....
Berikut kriteria calon suami ideal yg disebutkan oleh penulis kitab az zawaj al islami as sa'id.
1. Baik agama dan akhlak.
2. Bisa membaca al Quran dan menghafalnya walaupun sedikit.
3. Mampu dalam nafkah lahir dan batin.
4. Penyayang kepada isterinya.
5. Enak dipandang.
6. Mampu menjaga kesucian isterinya.
7. Tidak cacat dan berpenyakit yg menular.
8. Tidak mandul.
9. Jujur dan amanah.
10. Berasal dari keluarga yang baik.
11. Bertanggung jawab.
12. Bisa menjaga isteri dan mengasihinya.
13. Sumber rezekinya halal.
14. Berakal atau dewasa, bukan gila.
15. Terpelajar dan pengetahuannya luas.
16. Berbakti kepada kedua orangtuanya.
17. Suka bersilaturahim.
Dan cara agar memperoleh jodoh yang sholeh dan bagus akhlaknya tentunya adalah kita memperbaiki kualitas diri kita. Jangan berharap mendapat jodoh yang baik agama dan akhlaknya jika kita sendiri tidak baik.
Pada dasarnya, seorang ayah wajib mencarikan suami yg sholih, baik akhlaknya, dan sepadan/serasi/sekufu' untuk puterinya.
0 comments
Post a Comment