Cerpen |Lengkapi Diriku
CINTA tak berwujud…
Namun membuahkan banyak drama..
Tersenyum, gelisah, sendu, berbunga bahkan air mata..
Semua erat dengan istilah cinta…
Bola mata sayu sedikit demi sedikit terbuka. Sejenak kuhela nafas.. oh.. pagi, ternyata aku masih menapak di muka bumi. Kumulai bangkit dari tidur lelap untuk menjalani kisah hari ini. Kutinggalkan lautan kapuk yang membuatku nyaman semalaman. Kucoba mengumpulkan sedikit demi sedikit ingatan yang sebelumnya terhenti. Mengingat dan terus mengingat dan kutemukanlah kesadaran yang sesungguhnya. Ternyata hari ini adalah hari pertamaku untuk bersekolah menjadi sang murid baru oh…
Murid baru, sekolah baru, teman-teman baru, lingkungan yang baru pula. Intinya kisah hari ini serba baru.
“selamat pagi adek-adek…” itulah sapaan hangat sekaligus penyambut kedatangan kami para murid-murid baru di sekolah yang aku pilih untuk menimba ilmu ini. Ya.. itulah saat-saat dimana seluruh siswa baru dikumpulkan di lapangan sekolah. Sebagai tradisi pada tahun ajaran baru diadakanlah kegiatan “MOS”. Memang tak asing lagi bagi kita sebagai pelajar dengan istilah MOS (Masa Orientasi Siswa). Disitulah ku mulai beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Kuedarkan pandanganku disetiap orang yang ada di sekitarku agar aku bisa lebih mengenal wajah-wajah calon teman-temanku kelak. Kupandangi satu persatu dari mereka, entah mengapa pandanganku terhenti pada seseorang, tak rela rasanya untuk berkedip. Ia adalah sesosok manusia tampan yang sedang bergerombol dan asyik mengobrol dengan para temannya.
Kembali lagi pada manusia tampan, memang benar apa yang aku katakan dialah seorang laki-laki tampan nan bersahaja, berkulit putih, manis, bola mata sipit namun tetap memukau, dan dengan tubuhnya yang ideal, kelihatannya sih dia baik juga, pokoknya sip lah… hehe..
Dari mulai pandangan turunlah ke hati itulah sebuah rangkaian kata dari para pujangga cinta yang diperuntukkan bagi para penggila cinta. Hatiku mulai bergejolak, kok aneh ya.. mulai timbul rasa cinta, rasa ingin memilikinya.. entah benar atau tidak, mungkin aku sedang jatuh cinta…
Jatuh cinta memang indah, seperti bunga bermekaran di taman berkemilauan tersentuh sorotan sang surya. Namun tak seindah bila hanya mampu memendam dan hanya mampu melihatnya dari kejauhan, walaupun begitu rasanya cukup bahagia bisa mengenalnya. Ternyata laki-laki itu namanya adalah “Dhana Niko Saputra”. teman-temannya sih panggilnya dengan nama Niko. Waw … nama yang keren.
Oh iya lupa.. aku saja belum kenalan eh malah ngenalin orang lain, ndak papalah yang penting kenalan, perkenalkan namaku “Zahra Putri Sharon” teman-temanku memanggilku dengan nama yang berbeda-beda ada yang memanggil Zahra, ada yang Putri, dan ada juga yang memanggilku dengan nama Sharon, tapi kebanyakan dari mereka memanggilku dengan nama Sharon. Katanya sih biar lebih keren aja, buatku terserahlah mau dipanggil apa yang penting jangan panggil aku dengan sebutan Parjo atau Sutini… kenapa? Karena itu ya bukan namaku… wkwk (tuing tuing)
Sudah ya perkenalannya kita kembali ke cerita.
Tak kusangka tak kuduga, cielah… kata-katannya kaya orang lagi konferensi aja (hah). Ternyata dia…??!!, dia SIAPA? Niko lah… (helleh kirain siapa)
Ya Niko ternyata satu kelas dengan diriku oh… betapa senang dan gembirannya diriku bisa satu kelas dengannya ini berarti setiap hari aku bisa sering bertemu dengannya (asyek), kalau boleh nih.. ku akan loncat-loncat, guling-guling atau apapun itu.. yang penting gue seneng banget. Akan tetapi jaga wibawa lah masa segitunya di depan orang banyak, nanti dikira gue nggak waras lagi. Aku seneng sekali karena aku bisa mengenalnya lebih jauh.
Disitulah aku mulai mengawali diriku sebagai seorang pelajar Sekolah Menengah Atas ya SMA. Hari pertama sih belum ada pelajaran, tapi masih tradisi perkenalan biasalah… Ini nih yang paling aku nggak suka perkenalan satu persatu itu yang membuatku malas. Namun tak apalah mungkin itulah salah satu cara manusia untuk saling mengenal.
Ternyata selain dia menjadi penyemangatku untuk bersekolah eh ternyata teman-teman sekelasku anak-anaknya pada asyik dan kocak abis. Seneng banget deh rasanya tak rela jika tak masuk satu hari saja.
Tapi bukan kebahagiaan ataupun cinta yang aku cari dari sekolah ini, aku tak lupa akan tujuan utamaku yaitu menimba ilmu belajar.. belajar.. dan belajar. Dengan giat dan sungguh-sungguh aku bisa meraih hasil yang memuaskan. Alhamdulillah aku menduduki podium 1 oh… tak sia-sia selama ini.
Tak kusangka setahun telah berlalu kita terpisahkan untuk naik kelas selanjutnya, yaitu kelas XI. Yah… kita beda kelas. Aku dan Niko beda kelas sedih deh jadinya, tak semangat lagi jadinya. Aku harus bertemu teman-teman baru. Teman-temanku kelas XI yang sekarang tak asyik, tak seperti temanku yang dulu. Setiap aku masuk kelas aku selalu menyendiri dan melamun.
“Dooorrrr… Hai Sharon”
“eh elu..” Kedatangan Chaca membuatku terbangun dari lamunanku.
“kenapa lo ngelamun terus sih?, nanti kesambet loh…”
“apaan sih lo, paling yang nyambet lo” sahutku seenaknya.
“haha…” dia cekikikan dengan lantangnya.
“lucu deh, masak gue yang nyambet lo pikir gue setan”
“nah tuh tau sendiri..” sahutku
“ngomong-ngomong ada apaan sih lo ngelamun terus akhir-akkhir ini” tanya Chaca yang mulai menginterogasiku`
“nggak ada apa-apa kok, gue lagi nggak mood aja” sahutku sambil berlalu meninggalkan dirinya yang mematung kebingungan melihat tingkahku.
“eh.. mau ke mana” sahutnya bingung. Aku terus berjalan tanpa menghiraukan pertanyaannya, untungnya dia tak membuntutiku bisa habis aku jika dia menginterogasiku layaknya terdakwa dalam kasus penggelapan alokasi dana sandal jepit (hah). Aku berusaha menyembunyikannya, biarlah aku yang tahu dan aku yang merasakannya aku tak ingin berbagi kegelisahanku ini kepada siapapun.
Aku sebenarnya melamunkan perasaanku selama ini, perasaan yang selalu menghantuiku, perasaan yang selalu timbul dalam angan-anganku, perasaan kepadanya yang semakin dalam, aku merasa takut jika kehilangannya, dan aku hanya bisa memendamnya tanpa dia tahu. Aku selalu memikirkannya entah aku tak tahu apakah dia mencintaiku atau tidak, mungkin cintaku ini hanyalah cinta separuh, cinta yang hanya bertepuk sebelah apalah artinya diriku di matanya, mungkin hanyalah sebatas hembusan angin yang menerpa jari-jemarinya. Aku hanya bisa memandangnya dari kejauhan, melihat apa yang dia lakukan, melihat apa yang dia perbuat. Tak sengaja ketika ku memandanginya ku melihat sosoknya bersama seorang wanita. Rasanya hati ini sangat sakit, tercabik hancur, seperti deburan ombak yang menerpa karang dengan hantaman yang begitu keras hingga karang itu hancur berkeping-keping.
Aku sadar siapa diriku aku hanyalah gadis biasa dan sederhana, sedangkan dia adalah laki-laki yang hampir memiliki segalannya, ketampanan, kekayaan dan lain-lain hampir melekat pada dirinnya. Dia pun boleh memilih perempuan yang model bagaimanapun, mustahil bagi diriku untuk memilikinnya. Jika begini terus hidupku tak akan menjadi lebih baik. Hingga akhirnya aku memutuskan berusaha untuk menyingkirkan perasaanku ini untuk terus lebih fokus dalam belajar.
Tak terasa perjalanan masa-masa sekolah tlah usai, kami pun telah berpisah, begitupun dengan diriku dan dirinya. Walaupun tlah berpisah dan tak akan pernah berjumpa lagi dengannya, namun rasa ini masih ada dan utuh hanya untuk dirinya.
Five years later…
Tahun begitu tahun, kalender berjejer bergantian hingga lima hitungan. Tak terasa selama ini kutinggalkan kisah pelajar SMA ku. Kuteruskan perjuanganku mengejar sebuah cita, cita yang kudambakan selama ini. Kini ku sudah menjadi seorang wanita dewasa yang cantik. Sekarang aku sudah bekerja di salah satu perusahaan besar, setelah 4 tahun ku menimba ilmu hingga gelar sarjana terpampang penambah kata di belakang namaku. Kini ku penuh syukur dengan segala yang kumiliki dengan terwujudnya citaku.
Tiba-tiba kuteringat dengan Niko, cinta pertamaku dulu yang hanya sebatas mencintai tanpa memiliki (cinta terpendam). Denger-denger dari seorang temanku ternyata dia sekarang sudah menjadi seorang militer yang gagah dan lebih tampan katanya sih begitu. Aku sangat senang sekali bahwa dia sudah bahagia dan telah mencapai apa yang dicita-citakannya sejak dulu.
Keesokan harinya aku mendengar kabar lagi mengenai dirinya bahwa sebentar lagi Niko akan melangsungkan pernikahan dengan wanita pilihan orangtuanya dan mungkin wanita yang ia cintai. Betapa remuk dan hancurnya hati ini mendengar berita demikian, pembuluh otakku nyaris pecah, menahan remuk redam kepedihan batin yang tak terkira. Perasaan yang selama ini kurawat kini telah sia-sia. Aku menangis sejadi jadinya melihat dia bersama wanita pilihannya dan itu bukan aku.
Berhari-hari ku menyendiri didalam kamar merenungi perasaan ini. Makan pun aku telah lupa akhirnya aku jatuh sakit. Beginilah wanita hanya mampu menunggu, memendam, dan tak mampu menyatakannnya hingga akhirnya harus berujung menyakitkan.
Setelah beberapa hari aku terpuruk, aku berusaha untuk bangkit dan mencoba melupakan semua yang telah terjadi, dan akupun bisa berfikir jernih, bahwa di dunia ini tak hanya dia laki-laki satu-satunya tapi masih banyak di luar sana yang mungkin lebih baik dari apa yang dimiliki Niko. Akhirnya aku menyibukkan aktivitas dengan kembali masuk kerja setelah beberapa hari meliburkan diri. Aku berharap dengan aku bekerja kembali akan bisa melupakan semua kejadian yang menyedihkan itu. Tapi pernyataanku salah. Keesokan harinya di ruang kerjaku ada yang mengetuk pintu
“tok.. tok. tok..”
“masuk!!!” jawabku dari dalam.
“permisi, maaf mbak Sharon ada yang mencari mbak di bawah, katanya sih teman mbak dulu” penjelasan panjang lebar dari asistenku ini.
“siapa ya..?” sahutku sambil merapikan buku-buku yang berserakan di atas mejaku.
“nggak tau mbak, katanya sih teman mbak yang dulu”
“ya sudah kalau begitu aku akan menemuinya, terima kasih”
“sama-sama mbak permisi” pamit asistenku yang meninggalkan diriku sendirian.
Aku pun langsung beranjak dari tempat dudukku, aku pergi menemuinya sambil bertanya-tanya siapa ya dia? Aku berjalan menyusuri tangga satu persatu samar-samar orang tersebut mulai kelihatan dari kejauhan, semakin dekat semakin jelas aku berfikir kayaknya aku kenal deh.., kuingat-ingat semakin teringat oh ternyata.. kenapa dia.. kenapa harus dia.. kenapa dia ingin menemuiku lagi setelah apa yang terjadi. Kuhentikan langkahku ku ingin berbalik namun apa daya dia telah melihatkku, apakah maksud dari kedatangannya, apa dia mau menambah rasa sakit dan luka ini atau memamerkannya kepada diriku bahwa dia telah menikah dengan wanita lain.
Aku terdiam dan tiba tiba dia memanggilku, menyebutkan namaku “Sharon.. apa kabar?” aku langsung terbangun dari diamku, “oh.. eh.. Ni..Niko ” agak canggung memang menyebut namanya lagi. “e..Alhamdulillah aku baik, kamu?” aku coba terlihat tegar dan tenang untuk menutupi luka ini. Dia menjawab “Alhamdulillah aku baik juga, kau tambah cantik ya”. Apa-apaan ini basa-basimu akan menambah rasa sakitku. “oh.. biasa saja” sahutku tanpa ekspresi apapun. “ngomong-ngomong katanya kamu sudah menikah ya? Selamat ya…” kuulurkan tanganku untuk memberinya selamat, berat memeng mengatakan hal demikian hampir mataku menjatuhkan airnya, namun aku coba tahan dan tahan! Aku tertunduk mencoba menyembunyikannnya. Dia diam dan menatapku dalam. Sedetik.. dua detik.. tiga detik… Aku kaget dia menggenggam tanganku kemudian menariknya pergi entah ke mana tak banyak yang kuperbuat aku hanya bisa mengikutinya “heh apa yang kau lakukan, mau di bawa ke mana aku ini??”.
Tiba-tiba dia berhenti di sebuah tempat yang begitu indah, nyaman, sejuk, entah tempat apa itu aku tak tau mungkin hampir mirip seperti taman. Dia diam sebentar lalu menatapku dan berkata “aku tahu ucapanmu hanya pura-pura, engkau kelihatan bahagia tapi hatimu menangis, aku tahu itu. Maafkan aku jika selama ini aku buta akan cintamu yang membuat kau begitu terluka, menahan sakit seorang diri, maafkan aku”
Tak tahan lagi ku menumpahkan air mata yang tlah ku coba tahan namun sia-sia jika kutahan untuk waktu ini. Aku menangis sejadi jadinya perasaanku berkecamuk campur aduk entahlah apa yang kurasakan saat ini hingga aku tak mampu mersakannya. Tiba-tiba dia memelukku mencoba mengurangi tangisku mencoba menenangkanku, setelah aku agak tenang dia mulai berbicara lagi ”maukah kau memafkan laki-laki yang buruk yang telah melukai dan membiarkan wanita yang tulus mencintainya jatuh ke dalam jurang yang begitu gelap, aku mohon maafkan aku. Aku akan membalas cintamu dan akan mencoba menutupi luka-luka di hatimu”. Dia berkata mencoba memohon maaf kepada diriku. “Aku tidak ingin menjadi perusak hubungan orang dan aku tidak ingin dicap sebagai wanita penggangu aku tak mau itu… Aku akan pergi jika nanti istrimu tahu kau sedang bersama diriku dan akulah yang kembali menanggung lukannya!” itulah jawabanku dengan penuh keyakinan.
Baru satu langkah aku pergi dia menggenggam dan menarik tanganku kucoba lepas genggaman itu namun dia semakin erat untuk menggenggamnya. Aku terpaksa harus menurutinya ia kembali menjelaskannya kepadaku dan aku berballik air mataku belum berhenti mengalir, kulihat samar-samar dia tersenyum. Ini apaan apa maksud dari semuanya aku menangis dia tersenyum dasar batinku kesal. Kemudian ia mulai berbicara “cemburu nih” maksudnya apaan coba?, “enggak kok bercanda.. bercanda…” candanya, “oh.. saol itu aku kemarin nggak jadi menikah”. (deg… hatiku berdegup agak kencang) perkataan itu membuat aliran darahku terhenti untuk sesaat. Lalu dia melanjutkannya kembali “memang kita sudah mau menikah, akan tetapi ternyata dia sudah hamil 3 bulan, tapi bukan dengan diriku melainkan dengan pria lain, betapa kesal dan malunya keluargaku, mau ditaruh mana muka keluargaku, undangan telah disebar eh ternyata dia mengkhianatiku. Akhirnya keluargaku memutuskan untuk membatalkan pernikahan ini, keluargaku begitu bencinya kepada keluarganya terutama kepada dia, dan sekarang ibuku menyerahkannya padaku untuk memilih wanita yang aku sukai dan ternyata ada wanita mulia di sini yang selalu menungguku. Itulah penjelasannya yang panjang dan lebar. Aku pun mulai luluh dengan dengan semua pengakuannya. “Kamu maukan memaafkanku?” katanya penuh harap. Aku pun memaafkannya. “iya aku maafkan”. Betapa senangnya dia permintaan maafnya aku terima.
Kemudian tiba-tiba dia berlutut di hadapanku
“Sharon… Aku Dhana Niko Saputra akan melamarmu Will You Marry Me..?”
Sontak saja aku kaget dengan apa yang dia katakan. Aku diam sejenak memikirkan hal yang tak pernah kuterima selama hidupku ini. Aku diam sejenak barulah aku menjawabnya dengan mantap “Yes, I Will Marry With You”. Oh.. begitu bahagia dan senangnya dia, dia berteriak dengan kerasnya meluapkan kebahagiaannya bahwa aku telah menerima lamarannya. Kemudian dia memakaikan cincin di jari manisku, oh… sungguh ini membuat air mataku terjatuh untuk kesekian kalinya. Air mata ini jatuh bukan karena terluka akan tetapi karena bahagia.
Setelah itu aku diperkenalkan kepada keluarganya, begitupun dengan Niko aku perkenalkan dengan keluargaku akhirnya mereka merestui hubungan kami. Akhirnya momen yang bahagiapum datang kata “marry” yang terucap sebelumnya kini tlah menjadi nyata. Pernikahan dambaan kini tlah nyata dalam sejarah hidupku. Teman-teman SMA ku tak menyangka jika pelabuhan terakhirku adalah Niko. Mereka semua bersorak bahagia di momen terindah ini. Disaat yang bersamaan Niko membisikkan di telingaku dengan lembut sebuah rangkaian kata terindah “I LOVE YOU”. Aku berharap waktu terhenti untuk sekarang, agar aku merasakan kebahagiaan ini seutuhnya dan bahagia selamanya. Lengkap sudah kebahagiaan ini…
“and happy ending”